Fajar Di Surau

Pemandangan fajar di pagi hari memang terasa hanya sesaat. Namun, semburat sinar fajar ketika merekah tampak seperti senyuman malaikat yang memikat. Mungkin keindahan itu merupakan hadiah dari tuhan untuk menyenangkan hati penduduk bumi yang bersedia bangun pagi-pagi.

Bintang-bintang yang terlihat di kala subuh pun tampak begitu anggun, meleburkan kedamaian di dalam perasaan. Jika semua orang mencoba menikmati, mereka akan bisa merasakan pesona ayat-ayat kauniyah ini.

Setelah shalat subuh dilaksanakan, dari surau an-Nur itu terdengar lantunan Qosidah Ya Ar-Hamarrahimin yang memang menjadi bacaan rutinan di desa tamanan.

Udara di waktu subuh yang sejuk selalu mengalirkan ketenangan ke dalam hati, menumbuhkan rasa syukur seorang hamba kepada pencipta kenikmatan di dunia ini. Lantas, "Nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan?" seperti bunyi firman Allah di dalam surat ar-rahman.

Semakin pagi, langit di desa tamanan mulai berubah warna agak terang. Suara mahluk-mahluk pagi menemani bacaan dzikir dan doa-doa. Rasanya, kenikmatan ini hanya bisa direnungkan saja. Sebab tidak akan mampu jika semuanya digambarkan dengan kata-kata.

Bunyi sya'ir terakhir dari qosidah Ya-Arhamarrahimin menjadi pertanda aktifitas berjamaah di surau an-nur akan segera selesai.

ثم الصلاة و السلام * على شفيع الانام
و الال نعم الكرام * و الصحب و التابعين

Setelah para jama'ah shalat subuh keluar dari surau, mereka biasa berkumpul di teras surau untuk melakukan obrolan hangat sembari menunggu matahari terbit. Kecuali para jamaah perempuan yang harus langsung pulang ke rumah untuk bersiap-siap melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.

tepat di sudut surau, terlihat seorang kakek tua sedang duduk santai. Umurnya kira-kira 70 tahun lebih, akan tetapi badannya masih tegap seperti anak muda berumur 20-an tahun. tubuhnya agak kurus, kakek itu memakai kopya berwarna hitam dan duduk di atas sajadah.

Di dekat kakek itu, terlihat seorang pemuda memakai baju dan sorban berwana putih. Ia adalah salah satu santri yang baru pulang dari pondok. ia juga istiqomah mengikuti kegiatan berjamaah selama masa liburan di rumah.

"Hei nak, kamu mondok dimana?" tanya kakek yang berada di dekatnya.

"Mondok di pesantren an-Nawawi" jawab pemuda itu.

"oooh iya, nama kamu siapa nak?" kakek itu lanjut bertanya.

"Nama saya hasbi kek"

"kamu belajar dan mendalami ilmu apa di pondok?"

"saya mendalami ilmu fikih kek" Obrolan mereka terus berlanjut. Sejenak mereka berdua terdiam, kemudian kembali melanjutkan obrolan.

"Sekarang kan bulan ramadhan ya. Kakek punya pemasalahan yang belum terpecahkan. Apakah ada solusi bagi orang yang lupa berniat puasa ramadhan di malam hari?" tiba-tiba kakek itu melontarkan pertanyaan.

Sejenak hasbi terdiam memikirkan jawaban, ia menghela nafas panjang sebab belum bisa memberikan jawaban dari pertanyaan kakek itu.

“Saya belum bisa menjawab sekarang kek. Nanti saya cari jawabannya ya di rumah ” Jawab hasbi, terlihat gugup.

"iya, semoga menemukan jawabannya ya" kakek itu tersenyum.

Para jamaah surau an-nur beranjak pulang mengingat matahari sebentar lagi akan terbit. ada banyak kegiatan yang mereka harus kerjakan di rumah masing-masing.

Sesampainya di rumah, Hasbi membuka lembaran demi lembaran kitab fikih yang dia pelajari, mencari jawaban dari pertanyaan yang didapatkannya tadi.

Setelah sekian lama mencari, Ia belum juga menemukan jawaban. Hasbi mencoba membuka banyak kitab. Ada beberapa kitab yang sulit ia pahami. Sehingga ia tidak dapat menemukan apa yang dia cari.

Hasbi merenung, memandang kitab yang sedang dibacanya. Tanpa terasa air matanya menetes. Ia merasa sedih, ada penyesalan di dalam hatinya. Ia menyesal karena sering kali merasa cukup dalam belajar.

Hasbi baru sadar, ternyata apa yang dipelajarinya selama ini masih sangat kurang. Air matanya membasahi lafadz demi lafadz kitab yang berada di hadapannya. Di dalam hatinya ia bertasbih :

"سبحانك لا علم لنا الا ما علمتنا انك انت العليم الحكيم"

"Maha Suci Engkau (ya Allah), tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Nas dan Dzahir di Dalam Ilmu Ushul Fikih

Kriteria Sifat Adil Yang Harus Dimiliki Dua Saksi Dalam Akad Pernikahan