Cerpen : Satu Hari Dalam Setahun 3



Catatan Putri
Kenangan 19 September 2000

Waktu terus berlalu, membawa langkahku untuk kembali membuka pintu hati. Setelah sekian lama aku tidak pernah percaya dengan keberadaan cinta. Aku tidak pernah menemukan keindahan di dalamnya. Bahkan, mungkin aku termasuk satu-satunya wanita yang tidak pernah tau apa itu cinta. 

Menurutku, ketertarikan terhadap laki-laki selama ini hanya sebuah kekaguman. Dan semua orang pasti merasakan hal itu. Apa mungkin kekaguman itu yang sering orang katakan sebagai cinta. Jika memang benar cinta hanya seperti itu, berarti ia hanya perasaan biasa yang selalu dilebih-lebihkan.

Namun setelah memulai cerita denganmu bian, aku mulai paham. Bagaimana cara mengetahui cinta itu sendiri. Kamu pernah membuka dunia baru untukku.

Kamu ingat pada kenangan kita waktu itu?. Waktu berawalnya semua keindahan sampai saat ini. Satu hari dalam setahun kamu pernah mengajakku memasuki ruang baru yang tidak pernah kudatangi sebelumnya. Ruang yang membuatku betah di dalamnya, bersamamu.

***

Kenangan itu terjadi pada tanggal 19 september 2000. waktu itu kami sudah satu tahun menjalin hubungan persahabatan. Setelah melewati banyak hal bersama-sama, mengenal satu sama lain secara seksama. Kata bian, aku adalah teman terbaiknya. Meski kadang aku merasa tidak pantas dengan anggapan seperti itu. 

"Putri..kasihan ya, liat kamu nunggu bus sendirian. Tak temenin yaa?" Kata bian, menunaikan kebiasaan hariannya yaitu mengojlokku.

"Oke, sini duduk" Aku coba menanggapi biasa saja.

Aku ingat, waktu itu kami duduk berdua di halte bus setelah selesai kuliah. Mengamati kendaraan yang berlalu lalang sembari menunggu bus untuk pulang. 

Hari itu, cuaca sangat mendung. Saat menulis catatan ini, aku baru merasa, mungkin hujan yang akan turun waktu itu memang ditakdirkan untuk membantu membentuk kenangan-kenangan indah kami, sama seperti hujan yang turun di halaman cafe biru pada pertemuan kami di tahun sebelumnya.

Setelah sekian lama kami menunggu bus, akhirnya hujan turun begitu deras. Bus yang kami tunggu belum juga datang. Jalan raya mulai terasa sepi dari kendaraan. Mungkin disebabkan banyak kendaraan yang menepi dan ingin melajutkan perjalanan setelah hujan reda.

"Gimana ini bian? hujan semakin deras"

"Sudah santai saja, palingan bentar lagi hujannya berhenti kok" kata bian, coba menenangkanku.

Angin berhembus menerpa kulitku. Gerimis yang dibawa angin pun membasahi pipi. Suasana semakin dingin. Aku mulai kedinginan, mungkin bian merasa kedinginan juga. Atau mungkin aku saja, soalnya waktu itu bian terlihat santai-santai saja seperti tidak merasakan apa-apa.

"Dingin?" tanya bian. 

"Iya. Memangnya kamu gak dingin apa? " aku balas bertanya.

"Agak dingin sih. Sini, genggam tanganku. Biar tidak terlalu dingin. Kamu gak pernah megang tanganku ketika hujan kan" Ucap bian. Sambil menawarkan telapak tangannya.

"Emang kenapa kalok megang tanganmu ketika hujan? Oooh, hujannya nanti langsung berhenti gitu? kayak super hero saja. Hahahah." Aku coba meledek.

"etzz, ayo coba saja. Jarang-jarang kamu megang tangan sahabatmu ini" pada kata ini bian mengucapkannya dengan wajah serius.

Tanpa berpikir panjang aku mencoba menggenggam tangannya. Setelah beberapa detik kemudian, tiba-tiba kami saling diam. Seperti ada suasana baru yang membuat kami terdiam. Entah kenapa, tangan bian terasa hangat, aku dibuat nyaman oleh genggamannya. 

Hujan yang semakin deras seperti menuntut kami untuk semakin mempererat genggaman. Bian semakin erat menggengam tanganku. Aku berusaha menahan diri untuk tidak tesenyum. Aku merasa bingung dengan apa yang aku rasakan, mengapa tiba-tiba aku merasa bahagia, mengapa ada suara guncangan di dalam dada.

Entah apa yang kurasakan waktu itu, seperti ada yang mengalir di dalam hatiku. Ingin sekali aku menatap matanya. Untuk memberikan isyarat tentang apa yang baru aku rasakan. Namun disisi lain, aku belum berani menatap wajah sahabatku ini dengan tatapan baru. 

"Sudah, biarkan saja. Biarkan mengalir begitu saja" kata bian, seolah-olah paham dengan apa yang kurasakan.


-Bersambung... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Nas dan Dzahir di Dalam Ilmu Ushul Fikih

Fajar Di Surau

Kriteria Sifat Adil Yang Harus Dimiliki Dua Saksi Dalam Akad Pernikahan