Cerpen : Satu Hari Dalam Setahun
Aku adalah seorang perempuan yang sangat menyukai warna langit. Siang ini matahari bersinar begitu terang, seperti sedang memenuhi tugasnya untuk mempercantik warna langit di musim kemarau. ratusan kupu-kupu berwarna biru berterbangan layaknya daun yang sedang berhamburan akibat tertiup angin.
Ada kenangan yang tersirat di bulan juni, sehingga membuat semua yang terlihat di mataku terasa begitu indah. Tentang angin yang menyejukkan, warna langit yang cerah, juga tatapan matanya yang indah. Tatapan seorang laki-laki yang sudah hampir satu tahun kutunggu kedatangannya.
Laki-laki yang dimataku selalu terlihat hebat dan selalu menampakkan senyum manis. Rambutnya berwana hitam pekat dan panjang. Dia selalu mengikat rambutnya ke belakang. Dengan gaya rambut kesukaanku. Tatapan matanya lembut menyiratkan kelembutan hatinya. Juga
kata-katanya yang mampu menjadi obat lelah.
Aku selalu ingat,
tentang candaannya yang mampu mengimbangi candaanku. Namanya adalah Bian. Seorang
lelaki yang ketika bersamanya aku selalu merasa disempunakan.
***
Bian, Kau tahu, di
bawah pohon rindang ini aku selalu menunggumu, memikirkanmu, kadang juga tanpa
sadar merasakan air mata jatuh. hari ini aku mempersiapkan pertemuan kita dengan
secangkir kopi yang akan kita nikmati bersama. juga jamuan senyum yang akan
mengurangi pahitnya.
lima tahun Berada
di kota ini, jauh darimu, tanpamu, telah mengajarkanku bagaimana cara bersabar
melawan waktu. Jarak telah membuat kita saling menikmati jejak. Angan lebih
sering memeluk kenangan. Aku rindu pelukanmu yang hangat, yang mampu membuat
dadaku berdegup dengan hebat.
Kasih, aku telah
berhasil merawat rindu-rindu kita. Ia semakin tumbuh besar dan menyesakkan
dada. Ketika kita bertemu, berikan aku tatapmu. Aku sudah tidak kuat lagi untuk
menahannya. Biarkan ia berpindah pada kedua bola matamu yang indah.
Bian, Apa kau
masih ingat, hari ini tanggal 12 juni. Hari ini merupakan musim pertemuan kita,
waktu yang paling kita tunggu-tunggu. Satu hari dalam satu tahun untuk kita
bisa bertemu. hanya di hari ini kita bisa bertemu.
Hari ini aku
sangat bahagia. Sebentar lagi aku akan bertemu denganmu. Tapi kenapa sekarang
aku merasa ada yang beda. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Biasanya kau
datang lebih awal, biasanya kau datang saat pagi, sehingga kita bisa menikmati
waktu sampai sore hari.
Bian, Sore sudah
tiba, mengapa kau juga belum datang, matahari di barat sana pun sudah tidak
sabar ingin melihat perjumpaan kita. Apa kau lupa dengan hari ini?
“bak” tiba-tiba
terdengar suara laki-laki memanggilku dari kejauhan. Aku tahu itu, dia bukan bian.
Wajahnya terlihat asing. Dia menghampiriku dengan membawa selembar surat dan
menyuruhku untuk membacanya.
“surat ini dari
bian“ katanya.
“ From :
bian
.. Maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang hal
ini. Aku tahu hidupku tidak akan lama lagi. Tapi aku hanya terlalu takut untuk
memberitahukan langsung padamu. Sejak lima tahun terakhir aku sengaja pergi darimu agar kau bisa terbiasa menjalani kehidupan ini
tanpaku. aku teringat betapa semangatnya dirimu saat pertemuan terakhir kita
waktu itu. Aku harap, kedepannya kamu akan tetap semangat seperti itu.
Tetaplah
menjadi wanita yang kuat. Terimakasih telah merindukanku sampai detik kau
membaca surat ini. Percayalah, aku pun juga merindukanmu sampai detik terakhir
aku berada di dunia ini.
Semoga pesan
singkat ini mengobati rindumu, aku harap pesan singkat ini tidak membuat air
matamu jatuh. Aku mencintaimu......”.
“bak, bian
mengidap penyakit gagal ginjal. Satu minggu yang lalu dia menghadapi masa-masa
terakhirnya. Mbak..” air mataku tumpah.
-Bersambung...
Komentar
Posting Komentar